Posts

Menulis Pengalaman: Menjemput Kehidupan Baru

Image
"Aku berasa mimpi.⁣" Tanpa sadar kalimat itu yang saya ucapkan sesaat melihat anak kami lahir ke dunia, tepat di hadapan saya. ⁣⁣ Bagian 1: Mengonfirmasi Kehamilan Suatu pagi, dengan agak malu-malu Citra mendatangi saya.  "Aku barusan pake testpack " "Oh iya? Dan hasilnya?" "Ini." Citra menunjukkan testpack beserta indikator dua garis terpampang di permukaannya. Kalau tidak salah, waktu itu akhir September 2020. Hitung mundur ke tanggal pernikahan kami pada 30 November 2019, maka butuh waktu sekitar 10 bulan untuk bisa menemukan dua garis pada testpack . Namun begitu, sejak awal kami memang tidak mematok dan berekspektasi apa-apa.  "Se-dikasihnya aja." Kami menggunakan jawaban itu tiap kali ditanya soal kapan berencana mau punya anak. Oktober 2020, kami berangkat ke Tarakan menghadiri pernikahan sepupu saya. Dalam perjalanan, kami bermufakat untuk memberi tahu orang-orang rumah di Tarakan dengan cara yang "biasa saja", dengan

Orbituari untuk Dume: Teman Kita Semua

Image
Saya terbangun pagi ini dengan agak terburu-buru. Seperti biasa, meeting virtual kantor dengan aplikasi Zoom selalu on time jam 9 pagi. Selepas subuh, saya memutuskan untuk tidur sebentar. Lalu baru mulai terbangun saat alarm terakhir berbunyi. Saya melihat handphone : jam menunjukkan pukul 08.00. Tergesa-gesa saya menyiapkan laptop, sambil membuka handphone . Lalu terhenyak saat mendapati pesan bahwa salah satu teman saya berpulang. Abdul Rahman Agus namanya. Entah karena alasan apa, dia biasa dipanggil Dume. Dia teman saya semasa SMA di Tarakan. Itu artinya, sejak 2007 saya sudah mengenalnya. Bahkan kelas XI & XII SMA kami sekelas. Selama dua tahun di SMA, tentu banyak kenangan yang kami buat. Namanya anak SMA, pasti penuh dengan kebodohan dan ketidak hati-hatian. Walau tentu saja, saya tidak mengenal Dume begitu dekat. Tidak se-dekat teman-teman yang lain. Begitupun mungkin dengannya, tidak mengenal saya secara dekat. Tapi mungkin dasar persaudaraan anak IPS mema

Teman dan Pencerita

Image
"... teman dan pencerita panggung dan pertunjukan cairan dan pendosa rayakan dengan asap di hela napas jalan dan pencarian jawaban ingatan dan penyesalan tangisi akhir pekanmu..." (Jenny - Menangisi Akhir Pekan) Mesin waktu saya hari ini dipersembahkan oleh album Manifesto-nya Jenny serta percakapan dengan Mas Iyonk. Pagi ini, seperti biasa ketika mandi saya mendengarkan lagu. Kali ini, pilihan saya jatuhkan pada Jenny. Band rock asal Jogja sebelum berganti nama menjadi FSTVLST. Lagu-lagu dari album Manifesto sukurnya lengkap di Spotify . Sehabis mandi ada pesan dari mas Iyonk di Whatsapp. Ketika saya buka, isinya adalah testimoni darinya soal Hari Musik Nasional dari kacamata pegiat dan penikmat musik di Tarakan . Pesan itu adalah responnya karena dua hari sebelumnya, saya meminta mas Iyonk untuk memberikan testimoni. Tapi lantas saya coba ingat-ingat lagi saat awal-awal kuliah, rentang 2010-2013an. Saat saya dan mas Iyonk adalah Concert Buddy dan Jenny adala

Farewell Greeting, Maybe?

Image
[…] Pewawancara: Why are you want to resign from your current company? Do you feel uncomfortable? Saya: I do really comfortable. But if you give me better chance and better opportunity, why should I say “no”? Saya percaya bahwa pertemuan adalah hal yang biasa dan terlalu sering terjadi. Mestinya, begitu pula kita menyikapi perpisahan. Hari ini adalah hari terakhir saya di PT. Korea Tomorrow and Global Indonesia (KT&G). Tak ada yang berbeda atau berubah, kecuali nanti ketika semua kebiasaan pelan-pelan menyesuaikan. Saat pertama kali bergabung pada November 2015, saya masih pada tahap nol. Sekarang, setelah 2,9 tahun, saya mungkin juga masih nol. Tapi mungkin dengan ukuran yang lebih besar (:p). Tentu ada banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa saya ambil. Terutama pada titik saya menyadari bahwa KT&G-lah yang menjadi pijakan awal saya menempuh karir profesional, walaupun KT&G bukan perusahaan pertama tempat saya bekerja. Segala urusan professional, say

Kepada Mimpi Itu

Image
Saya membayangkan waktu terbaik untuk menulis adalah saat pikiran mulai terurai rapi, ditemani segelas milo hangat, sehabis mandi. Tapi belakangan bayangan itu jarang muncul di benak saya, bahkan untuk sekedar melintas. Sungguh saya ingin menulis blog dan bercerita soal apa saja.  Di kantor misalnya, saya ingin menulis tentang hari-hari berat di kantor, tentang si bos yang kadang tak konsisten dan semaunya. Tentang tuntutan untuk bisa memahami dan mengerti atasan dan bawahan, tanpa ada semangat membalasnya. Tentang tenggat waktu yang membuat saya belajar mencari dan membuat alasan. Atau tentang sebegitu cepatnya waktu berlalu di saat-saat tertentu, namun menjadi melambat di saat yang lain. Tentang jarangnya saya menikmati 'pemandangan' dari lantai 21 wilayah Kuningan, yang kadang begitu menenangkan. Bikin tenang karena sedang berada di atas. Betul-betul di atas, di lantai 21. 21st floor's ambiance Saya ingin misalnya menulis tentang macetnya Jakarta.

Eleventwelfth feat. Asteriska - Your Head as my Favourite Bookstore

Image
i'm neglecting my realm to dissent your repeating line. but according to you all those letters were written out right. confusing it seems but subconsciously rereading the poem you've had sent to me, it blows a straight understanding of what may and may not rhyme. inside those pages you've handed down. beyond this library of our mind, you've found the shelf where our moment was emphasized. you vent it to your blank note. a white paper full of false hope. here now your chapters are closing. your sentence is losing its depth to compile each character you're fusing. the words that you're using it felt less amusing. and the syllables failed to describe all my wonder. sometimes i would sit at the balcony, pairing all the vivid lights to bear away all those memories. the one that got me stuck on hold while i'm addressing your head as my favourite bookstore. to quote the sole author, i'll rewrite the story where it ends in a halt. i vent it

Soal Keanehan dan Syahwat Menulis di Hari Selasa Malam

Suatu hari saya pernah membaca buku yang sayangnya saya lupa judul dan nama pengarangnya. Eh tunggu, John Maxwell kalau tidak salah. Benar, penulisnya adalah John Maxwell. Sayangnya saya masih belum bisa mengingat judul bukunya. Tapi di awal-awal, seingat saya buku itu dibuka dengan kalimat yang kira-kira begini: "Jika kalian tidak tahu ingin bercerita apa, maka ceritakanlah ketidak tahuan mu itu" Kalimat pembuka dari tulisan ini juga saya mulai dengan 'mengamalkan' ajaran John Maxwell. FYI John Maxwell memang terkenal akan keahliannya dalam urusan-urusan Public Speaking dan kawanannya. Bagian I Malam ini saya begitu ingin menulis. Tidak punya ide sebenarnya, tapi keinginan menulis itu begitu besar. Entah datangnya dari mana dan kenapa, saya pun tak tahu dan tak berniat mencari tahu. Oh tunggu, mungkin karena kemarin saya mengkhatamkan membaca tulisan mas Ananda Badudu (untuk kesekian kalinya) soal bubarnya Banda Neira dan patahan-patahan cerita soal band it